
Toploker.com — Sebagai bentuk komitmen terhadap inklusi sosial dan pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Universitas STEKOM dan TopLoker.com melaksanakan kunjungan ke Pusat Layanan Autis Kota Denpasar. Kegiatan ini berlangsung dalam semangat kolaboratif bersama Pusat Layanan Disabilitas (PLD) SLBN 2 & 3 Denpasar, PLD Kota Denpasar, dan Forum Komunikasi Kepala Sekolah Inklusif (Forkesi).
Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat jejaring kerja sama dalam rangka penguatan keberkerjaan bagi ABK, sekaligus menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja agar lebih inklusif. Kegiatan ini juga menjadi wadah diskusi strategis antara pihak-pihak yang selama ini berperan dalam pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas STEKOM Dr. Joseph Teguh Santoso, M.Kom., menyampaikan bahwa inklusi bukan hanya sekadar konsep, tetapi harus diwujudkan melalui aksi nyata. “Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa dan lulusan dari kalangan ABK juga mendapatkan peluang yang sama dalam mengakses dunia kerja. Melalui kerja sama ini, kami berharap bisa membangun model pendampingan keberkerjaan yang berkelanjutan,” ungkapnya.
TopLoker.com sebagai mitra dunia industri turut menekankan pentingnya membuka ruang bagi ABK di dunia kerja. “Kami melihat potensi besar dari para ABK jika didukung dengan pelatihan yang tepat dan lingkungan kerja yang inklusif. Kolaborasi seperti ini menjadi langkah awal yang sangat penting,” ujar perwakilan TopLoker.com
.jpg)
Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Autis Kota Denpasar menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya menjadi penghubung antara anak-anak autis dan peluang yang relevan di masyarakat. “Dengan dukungan akademisi, industri, serta komunitas pendidikan inklusi, kami optimis bahwa ABK bisa mencapai kemandirian yang sesungguhnya,” tuturnya.
Forkesi dan PLD juga menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk membangun sistem dukungan yang terintegrasi, mulai dari pendidikan dasar hingga dunia kerja. Dalam sesi diskusi, dibahas pula kemungkinan pelaksanaan program magang, pelatihan keterampilan kerja, hingga pendampingan psikososial bagi ABK. Kolaborasi ini diharapkan menjadi contoh praktik baik yang bisa direplikasi di wilayah lain di Indonesia dalam mendukung kemandirian dan keberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus.